Loading...
Hidup dalam kesusahan bukanlah sebuah citacita yang diharapkan setiap orang. Begitu juga dengan seorang kakek bernama Ahmad dan istrinya. Tinggal di gubuk beratapkan seng dan terletak di tengah sawah, kakek Ahmad berusaha untuk ikhlas menerima keadaannya tersebut.
Kakek Ahmad sebenarnya memiliki rumah di Dusun Grudo Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong. Hanya saja ia terpaksa meninggalkan rumah satusatunya tersebut dan pindah ke gubuk berdindingkan terpal lantaran tak kuat mendapat perlakuan dari anaknya sendiri.
“Saya tinggal di gubuk ini tepat saat Idul Adha lalu,” ucap suami dari Suparmi (50 tahun) ini, sebagaimana dikutip dari Tribun Jogja, Kamis (10/11/2016).
Suasana dahulu yang berdampingan dengan masyarakat dan bisa menikmati hiburan televisi kini tergantikan dengan keheningan pesawahan dan banyaknya serangga, terutama di malam hari.
Untuk keperluan mandi, kakek Ahmad dan istri mengandalkan mandi di dekat kandang sapi milik warga ataupun di dekat makam. Sementara untuk makan, terkadang ada pemberian dari warga disamping usaha kakek Ahmad sebagai seorang pemulung.
“Tadi ada yang membawa arem-arem dan telur. Lumayan untuk makan anak dan istri saya,” tuturnya.
Diketahui bahwa anak semata wayangnya yang bernama Yono kerap bersikap kasar dan berani menjual berbagai perabotan milik Ahmad beserta istri. Bahkan uang simpanan mantan buruh bangunan itu pun dihabiskan oleh anaknya tersebut. Yono sendiri sebenarnya sudah menikah dan memiliki anak.
Lantaran masalah ekonomi, keluarganya pun berantakan dan Yono menjadi depresi sehingga memutuskan tinggal bersama dengan kakek Ahmad beserta istrinya. Namun bukannya bersikap baik ataupun membantu orangtua, Yono justru bersikap kasar.
Bahkan Ahmad diguyur air oleh anaknya sendiri. “Saya setiap hari diguyur air, padahal kondisi saya sudah tua. Sehingga saya sudah tidak betah lagi berada di rumah. Belum lagi rumah saya itu terjepit, tidak ada akses jalan keluar karena semua sudah dikelilingi tembok,” pungkasnya.